Kamis, 11 Maret 2010

SAYANGI AKU ( sikluz 2)

Oleh Lely Ratna Dwi

Namaku Andita Anggraini. Sekarang ini aku sudah kelas XII IPA 2 di SMA Nusa Bangsa Jakarta Barat. Aku terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan. Bisa dibilang dari keluarga konglomerat. Ayahku bernama Brata Wijaya. Kata orang-orang ayahku seorang pengusaha yang memiliki perusahaan yang sangat maju tapi aku sendiri tak tahu apakah benar kata orang-orang, karena aku sendiri juga tak pernah melihat perusahan ayahku dan ibuku bernama Shinta Lestari, tetapi sekarang ibuku telah tiada karena kecelakaan mobil satu tahun yang lalu. Hidupku serasa hampa tanpanya. Aku merasa tak ada kasih sayang lagi untukku karena ayah tak pernah memperhatikan aku. Ia hanya mengurus bisnisnya saja. Hidupku bagaikan sebatang kara. Kucoba mencari perhatian dan kasih sayang ayah, tapi semua itu hanya membuang waktuku saja karena ayah tidak pernah peduli denganku.

Di sekolah aku selalu membuat ulah dan sering bertengkar dengan teman-temanku. Sempat berulang-ulang kali aku di panggil keruang Bp bahkan aku sempat ingin di keluarkan dari sekolah karena ulahku yang keterlaluan bahkan akhir-akhir ini aku sering membantah nasehat Bu Rahayu guru Bp di sekolahku. Itu semua aku lakukan untuk melampiaskan kekecewaanku kepada ayahku. Mungkin dengan kelakuan yang seperti itu ayahku akan memperhatikan aku. Namun, itu semua hanya angan-anganku saja. Akhir-akhir ini ayahku sangat sibuk. Aku sempat berpikir apakah ada masalah dengan perusahaannya?
Saat fajar menjelang dan mentari bersinar dengan terang kucoba membuka mataku. Hari ini hari Sabtu yang cerah, tapi tidak secerah kehidupan keluarhgaku. Pagi itu telepon ayah berbunyi. Aku angkat telepon.
“Halo selamat pagi, dengan Dita di sini,” sapaku pada orang di seberang sana.
“Selamat pagi!”
“Maaf dengan siapa saya berbicara?” tanyaku pada si penelepon itu.
“ Saya Hadiyanto pegawai bank Martawijaya, bisa berbicara dengan bapak Brata Wijaya?”
“Bisa. Tunggu sebentar, ya?”
Kupanggil ayahku yang sedang sarapan di meja sendirian.
“Ayah, ada telepon untuk ayah!”
“Ya, tunggu sebentar.”
Dengan ragu, ayahku megangkat telepon itu. Aku tersentak kaget ketika ayahku menjatuhkan telepon itu. Kulihat ayahku yang seketika termenung sedih. Kucoba bertanya pada ayah.
“Ayah, ada apa?” tanyaku dengan nada spontan. Dengan pelan-pelan ayahku menjelaskan semua yang terjadi selama ini.
“Nak, maafin ayah, ya. Ayah tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Ayah tidak pernah memperhatikan dirimu. Dan sekarang ayah sudah bangkrut. Ayah mengalami kerugian yang besar yang mendorong ayah meminjam uang dengan nominal yang cukup besar ke bank. Itu semua ayah lakukan untuk menyelamatkan perusahaan ayah, tetapi usaha ayah sia-sia. Perusahaan ayah tak bisa diselamatkan lagi. Dan sekarang, ayah tidak bisa membayar hutang-hutang itu. Terpaksa rumah ini dan perusahaan ayah disita oleh bank. Kita diberi waktu satu hari untuk segera mengosongkan rumah ini.”
“Apa? Pergi dari rumah ini, Yah?”
“Iya Nak, maafin ayah, ya?”
“Ya, Yah. Tidak apa-apa. Kita mulai hidup yang baru lagi.”

* * *

Hari ini aku tidak berangkat sekolah karena harus membereskan semua barang-barang milikku dari rumah yang mewah ini.
Waktu serasa cepat sekali berputar. Tak kusangka pagi telah datang kembali dan itu tandanya hari ini aku dan ayahku harus segera angkat kaki dari rumah ini. Kepergianku dan ayahku dihiasi dengan langit yang kelabu. Awan-awan hitam seakan mengikuti langkah kami.
Selangkah demi selangkah kami berjalan menuju terminal yang tak jauh dari rumah kami. Di sana banyak orang lalu-lalang hendak pergi atau pulang dari luar kota. Banyak penjual asongan menjajakan dagangannya. Bus-bus berjajar-jajar semwrawut. Para kernet dan kondektur berteriak-teriak berusaha merayu calon penumpang.
Di antara bus-bus itu satu yang kami cari, bus Gumelar. Bus jurusan Ciwidei Bandung. Lima jam kami berada di atas bus, samailah kami di tempat tujuan.
Di desa Sukamaju, Kecamatan Ciwidei Kabupaten Bandung itulah kami memulai hidup baru. Sekarang ayahku bukanlah pengusaha lagi, tapi hanya seorang petani teh di desa itu. Sekarang aku sekolah di SMAN 2 Ciwidei. Sekolahku yang sekarang berbeda jauh dengan sekolahku yang dulu. Sekolah ini hanya berdinding kayu-kayu yang mulai rapuh. Beratap genting yang bolong-bolong. Walaupun begitu, aku tetap bahagia karena aku mendapat teman-teman yang baik hati. Dan bukan hanya itu, ada yang lebih menggembirakan, sekarang ayah selalu memperhatikan aku, menyayangi aku, dan selalu menjaga aku setiap waktu.
“Ayah, selama satu tahun ini aku menunggu saat-saat seperti ini. Saat-saat ayah memerhatikan aku, menyayangi aku, dan menjaga aku dengan sepenuh hati,” kataku pada ayah.
“Iya, ayah tahu, memang dulu ayah tidak pernah memperhatikan kamu. Bahkan, dulu tak ada waktu untuk ayah bertemu denganmu. Namun, mulai sekarang ayah akan selalu menyeyangi Dita dengan sepenuh hati ayah.”
“Terima kasih, Yah,” kataku dengan gembira.
“Iya,” ucap ayah pendek.

Ku tak pernah menyangka apa yang kini telah terjadi padaku dan keluargaku. Tapi aku bahagia dengan apa yang kini telah terjadi walau awalnya menyakitkan hatiku. Aku berharap hidupku dan keluargaku bahagia selalu. Amien...

5 komentar:

  1. Cerpennya sudah bagus,akku suka cara kamu untuk memaparkan latarnya.dan akku juga suka akhir - akhir ceritanya
    Cuman,yang saya pingin kasih commend ke kamu tentang awal - awal cerpennya sebenarnya sudah bagus,tetapi lebih bagus lagi jika kamu menambahkan ceritanya.atau kamu bisa memaparkannya.
    Terus,kamu juga perlu menambahkan watak ayahnya itu bagaimana?Ya...saya sudah tau kalau ayahnya kurang perhatian pada anaknya.Tapi kok nggak ada peristiwa kalau ayahnya itu nggak peduli.

    Itulah commend dariku kalau ada kata - kata yang kurang berkenan di hati anda saya mohon maaf.

    Untuk cerpenmu saya kasih nilai 71

    BalasHapus
  2. Menurut saya ceritanya bagus.. Tapi, ketegangannya sedikit sekali. Malahan yang banyak adalah setelah ketegangan.
    Saya beri skor 79.

    BalasHapus
  3. cerpennya sudah bagus,tp konfliknya perlu di kembangkan lagi yaaaa?????
    (82)

    BalasHapus
  4. bermula dari ini, mungkin suatu saat kan ada seorang penulis alumni mtsn jeketro yang yang terkenal.tingkatkan trus..!

    BalasHapus
  5. sdh ckp bagus tapi konflok'a kurang menegangkan,untuk cerpen anda saya beri nilai 80

    BalasHapus