Rabu, 07 April 2010

Tempat Terbaik Untuk Ku

Oleh : Lelly Ratna D

Hari ini memang hari yang aku tunggu-tunggu karena aku akan segera pindah ke sekolah baru ku dan aku juga akan menempati salah satu pondok pesantren di Pati. Hari yang cerah menghantarkan aku ke tempat baruku mencari ilmu, semoga di tempat baru ku nanti, aku mendapatkan suasana yang baru dengan teman-teman yang baik dan yang bisa mengerti aku. Saatnya aku meninggalkan rumah tercintaku. Dengan berat hati aku harus meninggalkan istanaku ini demi meraih cita-citaku.

“Ibu,saya berangkat ya,” dengan nada sedih ku meminta izin pada Ibu

“Hati-hati ya Nak,semoga kamu betah disana nanti.” Ujar Ibu sambil mengelus pundakku

“Insya Allah Bu. Saya minta do’anya supaya kalau pulang nanti,saya menjadi anak yang soleh,dan berbudi pekerti yang baik,seperti yang Ibu inginkan.”

“Ya Nak,Ibu akan selalu mendo’akanmu,agar kamu selalu dilindungi Allah.”

“Sekarang Imam pergi dulu ya Bu,assalamu’alaikum!” Sambil mencium tangan Ibu

“Wa’alaikum salam.”

Setelah berpamitan pada Ibu aku segera pergi dengan Ayahku menuju Jalan Edi Sucipto. Ku naik bis jurusan Magelang Pati. Setelah beberapa jam,akhirnya kami sampai di Jalan Fatkhullah. Dari sana kami berjalan menuju pondok Matoli’ul Falah sejauh 300 m. Dari kejahuan ku pandangi sekeliling pondok itu,terlihat Gedung dari pondok itu yang berdiri megah, gedung yang bertingkat dua, mushola yang besar dan ku lihat didepan pondok itu ada sekolahan yang nantinya akan ku tempati untuk mencari ilmu.

Matholi’ul Falah adalah salah satu pondok yang terkenal di Jawa Tengah. Aku sekolah disana karena pendidikan agamanya sangat kuat. Tidak hanya itu,disana ilmu umumnya juga tidak ketinggalan dengan sekolah yang berstandar internasional. Fasilitas-fasilitas yang digunakan sudah banyak.

Kami tiba di sana kira-kira pukul 16.00 wib. Setelah itu ayahku mendaftarkanku ke pengurus pondok. Setelah selesai mendaftar,Ayahku mengajakku kelokasi yang akan kutempati nanti.

“Disini tempatmu,sekarang Ayah pulang ya,nanti Ayah kirimi uang lewat bank BCA setiap bulan”

“Ya Yah.” Ucapku meneteskan air mata

“Baik baik disini !”

“Insya allah, yah.”

“Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikum salam.” Sembari ku mencium tangan Ayah

Setelah Ayahku pergi, aku segera memasuki kamar yang akan aku tempati nanti. Di kamar tersebut di tempati 8 orang anak,termasuk aku. Saat pertamakali berjumpa mereka,aku agak gugup. Tapi lama-kelamaan juga terbiasa.

“Maaf,siapa nama mas ya,?”tanya teman yang sekamar denganku.

“Saya Imam Syafi’i. Kalau mas siapa?”tanyaku balik pada teman yang baru ku kenal itu.”

“ Saya Imam Hanafi.”Jawabnya.

Setelah berbicara dengan teman – teman baruku itu aku mulai mengenal mereka satu persatu – satu.

Adzan subuh telah dikumandangkan semua santri segera bangun dan mengambil air wudlu.
Kemudian kami shalat berjamaah di musholla dekat rumah sesepuh pondok.Setelah sholat berjamah seluruh santri pergi mandi. Akupun juga ikut,tapi sesampainya disana ternyata antrinya sangat panjang. Saat aku akan mandi ternyata airnya sudah habis. Terpaksa aku berangkat sekolah tidak mandi.


“ Tet…tet…tet..”
Bel berbunyi yang suaranya nyaring terdengar sampai Pondokku. Dari jendela kamarku ku lihat Semua siswa telah masuk kelas.

“ Aduh gimana nih sudah masuk,mana aku belum nyiapin buku lagi.”Ujarku kebingungan.
Setelah selesai nyiapin bukuku aku segera berangkat ke madrasah. Ku berlari dengan kencang, dengan nafas yang terengah-engah Aku sampai di sekolah meskipun aku terlambat. Pak guru yang mengajar kebetulan adalah Bapak Ali yang kata teman – temanku dia adalah guru yang sangat disiplin.
Karena aku terlambat,jadi aku dihukum.Aku disuruh berdiri di depan kelas.


“Kamu siapa”Tanya Pak Ali

“Saya Imam Pak!”Jawabku

“Kenapa kamu datang terlambat.”

“Antri mandinya lama Pak.” Sambilku tundukkan kepalaku

“Besok kalau diulangi lagi saya suruh kamu bersihin Wc.”suruh pak Ali.

Karena aku menjawab begitu aku ditertawain teman – teman sekelasku.
Hari pertama aku masuk ternyata sudah mendapatkan kejutan – kejutan yang tak ku duga.
Meskipun begitu aku tidak akan angkat tangan karena ini baru permulaan.

Di dalam kelas kami mencoba mengenal satu dengan yang lain. Saat istirahat aku keluar untuk membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Setelah selesai dari sana aku kembali ke kelas. Pelajaran berikutnya adalah sulamat taufiq. Saat aku mau mengeluarkan buku,ternyata bukuku tidak ada.

“Lho,kemana bukuku.”

Aku bingung. Kucari bukuku. Di laci,di bawah meja,ternyata masih tidak ada.

“Maaf Mas,bukumu tadi diambil sama anak itu.”Kata seorang anak perempuan yang duduk disampingku sambil menunjuk anak yang mengambil bukuku. Akupun segera menghampiri anak itu.

“Maaf kamu yang ambil bukuku ya?”Tanyaku pada anak itu

“Kalau iya memangnya kenapa?”

“Nggak saya Cuma mau mengambil buku yang kamu ambil tadi.”
“kamu berani sama aku?”
“Tidak,aku cuma mau ambil bukuku saja.”
“dyek..”pukul anak itu ke perutku.
“Brek..”terjatuh aku ke tanah.

Saat dia mau memukulku lagi,tiba-tiba pak Idrus masuk kelas. Kamipun segera duduk di tempat kami semula. Aku mengambil bukuku yang jatuh dilantai. Kami duduk dengan rapi. Seolah-olah tidak ada yang terjadi.

“Mam,kamu tidak apa-apa?” tanya Hanafi saat bel untuk solat dibunyikan.
“Nggak apa-apa.”

Setelah pulang sekolah, kami kembali ke kamar masing-masing.Dari jam setengah tiga,sampai jam empat para santri mengaji kitab. Aku dan beberapa anak laki-laki mengaji kitab Ta’lim Muta’alim. Karena jadwal ngajinya berbeda-beda,pulangnyapun tidak pada jam yang sama.
Setelah mengaji kitab Ta’lim Muta’alim dan melaksanakan solat asar,kami mengaji kitab kitab Nahwu.

Sekarang sudah jam 17.30 wib. Kami segera pulang ke kamar kami.
Setelah selesai mandi dan jama’ah solat maghrib,kami mengaji Alquran. Karena baru pertama ke sini,kami diajari kak santri. Yang mengajari kami adalah santri yang sudah hafal Alquran. Karena bayaknya santri yang mengaji,aku menunggu giliranku sampai jam 20.30 wib.

Setelah selesai mengaji,kemudian aku solat isya’. Kemudian aku dan teman-temanku pergi mengaji kitab lagi. Jam 22.00 wib kami baru istirahat.


Hari ke-dua kejutan besar menghampiriku. Aku berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Jadi, kuniati untuk berpuasa. Toh hari ini kebetulan hari Kamis. Sesampainya disekolah, aku merasa ngantuk dan lemas sekali.

”Kamu kenapa?”tanya perempuan yang kemarin pernah bicara sama aku.

“Tidak papa. Hanya kelelahan saja.”

”Kamu masih sakit karena kemarin di pukul sama Faisal ya,?”

“Nggak, aku sudah sembuh kok.”

“Namamu siapa?”

“Namaku Imam. Kalau kamu?”
“Aku Aisyah.”

Tak terasa waktu pelajaran sudah lewat. Sekarang waktunya istirahat. Aku pun pergi ke perpustakaan bersama Hanafi. Saat di tengah jalan kami di hadang Faisal dan teman-temannya.

“Hei kamu,kemarin kamu selamat tapi sekarang tidak.”

“Faisal kamu jangan ganggu Imam lagi,”

“Memangnya kenapa?”

Tiba-tiba Faisal memukul Hanafi. Karena aku sudah tidak bisa menahan emosi lagi,ku pukul mukanya Faisal. Tak terduga,ternyata pak Idrus Melihat kami. Akhirnya kami disuruh ke kantor.

“Siapa yang mau bicara duluan?”tanya pak Ilham,Kyai Sekaligus pengurus pondok putra.
“Bukan saya pak,Imam yang memukul saya.’ Ujar Faisal.
“Bukan pak. Faisal dulu yang mukul saya.”
“Aku sudah tahu. Tadi Aisyah sudah bilang. Kalian boleh pergi.”

Karena Faisal sering bikin ulah,akhirnya dia dikeluarkan dari pondok. Tidak hanya itu saja,dia juga ketahuan membawa HP saat ada pemeriksaan.


****
Saat di jalan menuju ke warung yang tak jauh dari Pondokku, aku bertemu dengan Aisyah. Akupun segera menghampirinya. Aku tak mengerti dengan apa yang terjadi pada ku, setiap aku bertemu Aisyah jantungku selalu berdetak dengan kencang, apakah ini yang di namakan cinta???. Hari ini Aisyah terlihat begitu cantik di depan ku, aku tak kuat lagi manahan rasa cintaku kepada Aisyah.

“Aisyah,terimakasih ya, sudah menolongku kemarin.”
“Sama-sama. Itu sudah kewajiban sesama muslim.” Jawabnya sambil tersenyum

Seketika Aku dan Aisyah saling diam tak ada kata-kata lagi yang terucap dari bibirku maupun dari bibir Aisyah. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat itu tiba-tiba bibirku terbuka dan mengucapkan...

“Aisyah... Aku suka sama kamu!” ujarku spontan

Saatku ucapkan kata-kata itu Aisyah terlihat tersentak kaget dan seketika termenung.

“Gimana Aisyah, apakah kamu juga mempunyai perasaan yang sama seperti yang aku rasakan? dan apakah kamu maum menjadi pacarku?”

“Imam, Bukannya aku menolak kamu, memang ku akui aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan mu tapi, aku tidak bisa menerima kamu menjadi pacarku karena aku ingin fokus dengan sekolahku dulu. Apalagi disinikan juga tidak boleh berpacaran!”

“Baiklah Aisyah, aku mengerti dengan keputusan mu. Gimana kalau kita bersahabat saja?”

“Ok, aku setuju dengan mu.”


Walaupun baru sebentar kita kenal tapi kami berdua sudah saling menyukai pada pandangan pertama. Tapi karena di pondok melarang adanya pacaran,kami hanya sebatas teman saja. Tidak hanya itu, aku juga ingin mendapatkan ilmu terlebih dahulu. Mungkin kalau memang jadoh,kami pasti akan bersatu di lain waktu.

11 komentar:

  1. cerpennya bagus. tapi konflikkya nsedikit sekali. saya beri skor 78

    BalasHapus
  2. ceritanya sudah bagus,tapi konfliknya perlu di kembangkan ya?(83)

    BalasHapus
  3. Cerpennya sudah bagus.Menggunakan tema dalam suasana Pesantren,
    Akan tetapi,alangkah lebih bagus lagi jika kamu menambahkan konfliknya lebih hubbbooh lagi pasti akan serru.OK!
    Untuk cerpennya saya kasih 78.
    Sekian commen dariku apabila ada kata yang kurang mengenakkan di hati mohon maaf.
    Wassalam….!

    BalasHapus
  4. cErpEn na dh bgUzzzZz. . .

    tp aLangkh baek na k0nfLik na d'+ agy byar bguz. truz jg mngGunkan suasana ponpEs. (80)

    tHnks. . .

    BalasHapus
  5. cerpennya sudah bagus tapi
    tulisan ini tidak perlu diberi penjelasan ,langsung saja:

    “Maaf,siapa nama mas ya,?”tanya teman yang sekamar denganku.

    “Saya Imam Syafi’i. Kalau mas siapa?”tanyaku balik pada teman yang baru ku kenal itu.”

    “ Saya Imam Hanafi.”Jawabnya.
    konfliknya kurang merangsang,latar pondok diganti club malam pasti menegangkan.kunilai 80.

    BalasHapus
  6. Cerpennya bagus cukup ada ketegangan, alurnya sudah cukup bagus tapi akan lebih bagus jika konfliknya di tambah menegangkan.
    Saya beri nilai 84,5.
    Makasih...

    BalasHapus
  7. Cerpennya dah bagoes, tapi konflik yang dibangun masih kurang. Seperti
    Saat Imam mengantri mandi dan akhirnya ga' jadi mandi, itu bisa dijadikan konflik, yaitu Si Imam berangkat sekolahnya nggak mandi dan sampai di sekolahan terlambat.
    Menurutku, judul yang dipilih dan alurnya juga sudah lumayan bagus, jadi aku cuma bs kasih kamu nilai 79!!!!!!!!

    BalasHapus
  8. Cerpennya bagus tatapi menurut saya

    “Aisyah... Aku suka sama kamu!” ujarku spontan

    Saatku ucapkan kata-kata itu Aisyah terlihat tersentak kaget dan seketika termenung.

    “Gimana Aisyah, apakah kamu juga mempunyai perasaan yang sama seperti yang aku rasakan? dan apakah kamu maum menjadi pacarku?”

    mungkin lebih baik jika Aisyah kaget lalu berlari meninggalkan Imam.

    beberapa hari Aisyah menghindari Imam, lalu setelah ia di tunggui mungkin di gerbang barulah menjawab:
    “Imam, Bukannya aku menolak kamu, memang ku akui aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan mu tapi, aku tidak bisa menerima kamu menjadi pacarku karena aku ingin fokus dengan sekolahku dulu. Apalagi disinikan juga tidak boleh berpacaran!”

    “Baiklah Aisyah, aku mengerti dengan keputusan mu. Gimana kalau kita bersahabat saja?”

    “Ok, aku setuju dengan mu.”

    Dan mohon di perhatikan penulisan dan bahasa yang di gunakan seperti: Sekolahan-> Sekolah

    Terimakasih,,,

    saya nilai 78

    BalasHapus
  9. Cerpennya bagus tatapi menuruku tapi konflik yang dibangun masih kurang.alurnya sudah cukup bagus tapi akan lebih bagus jika ada alur maju mundur.wabillah hittaufiq walhidayah walafwu minkum,wassalamualaikum wr.wb.

    BalasHapus
  10. cerpennya sudah bagus, dan juga temanya menarik, tapi konfliknya kurang menegangkan. aku kasih nilai 78

    BalasHapus
  11. cerpennya sdh baguz,. konfliknya pun dah bagus,,,, tapi pada paragraf:“Aisyah... Aku suka sama kamu!” ujarku spontan

    Saatku ucapkan kata-kata itu Aisyah terlihat tersentak kaget dan seketika termenung.

    “Gimana Aisyah, apakah kamu juga mempunyai perasaan yang sama seperti yang aku rasakan? dan apakah kamu maum menjadi pacarku?”

    “Imam, Bukannya aku menolak kamu, memang ku akui aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan mu tapi, aku tidak bisa menerima kamu menjadi pacarku karena aku ingin fokus dengan sekolahku dulu. Apalagi disinikan juga tidak boleh berpacaran!”

    “Baiklah Aisyah, aku mengerti dengan keputusan mu. Gimana kalau kita bersahabat saja?”

    “Ok, aku setuju dengan mu.”

    klau di lebihkan dan membangun konflik lagi kN lbh seruuuu.........

    thankS.............(82)

    BalasHapus